Peran Krusial Bidan Laksamana dalam Skrining dan Edukasi Infeksi Menular Seksual

Default featured image

Infeksi Menular Seksual (IMS) tetap menjadi ancaman kesehatan reproduksi yang signifikan, terutama bagi wanita. IMS yang tidak terdeteksi dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk penyakit radang panggul, infertilitas, dan risiko tinggi penularan vertikal dari ibu ke bayi. Bidan, sebagai garda terdepan di komunitas, memiliki peran krusial dalam pencegahan, skrining, dan edukasi untuk memutus rantai penularan ini.

Akademi Kebidanan Laksamana mempersiapkan lulusan D-III Kebidanan untuk menjadi penyuluh dan praktisi klinis yang kompeten dalam manajemen IMS, memastikan setiap wanita dan remaja mendapatkan informasi dan pelayanan yang aman.


1. Skrining dan Deteksi Dini yang Sensitif

Langkah pertama dalam pencegahan adalah deteksi dini, terutama pada kelompok risiko tinggi dan ibu hamil:

  • Pemeriksaan Kehamilan (ANC): Bidan wajib melakukan skrining IMS rutin, seperti tes HIV dan Sifilis, pada setiap kunjungan Antenatal Care (ANC) sesuai standar. Deteksi dini sangat penting untuk memulai pengobatan dan mencegah penularan ke janin.
  • Teknik Wawancara Empatik: Mahasiswa dilatih untuk melakukan wawancara dan pengambilan riwayat seksual secara non-judgemental dan rahasia. Pendekatan yang sensitif sangat penting untuk membangun kepercayaan pasien agar bersedia terbuka.
  • Tanda dan Gejala Klinis: Menguasai identifikasi gejala IMS yang sering terjadi pada wanita, yang kadang bersifat asimtomatik (tanpa gejala), seperti keputihan abnormal, nyeri panggul, atau luka di area genital.

2. Bidan sebagai Edukator Kesehatan Reproduksi Remaja

Peran bidan meluas ke ranah pencegahan primer, terutama pada remaja yang rentan terhadap informasi yang salah:

  • Edukasi Komprehensif: Bidan dilatih untuk memberikan edukasi kesehatan reproduksi yang jujur dan berbasis fakta, termasuk cara penularan IMS, pentingnya perilaku seksual yang aman (safe sex practices), dan konsekuensi jangka panjang IMS.
  • Pencegahan Stigma: Menggunakan pendekatan komunikasi yang berfokus pada pencegahan penyakit, bukan penghakiman moral, sehingga remaja tidak takut mencari informasi atau pemeriksaan.
  • Peran di Puskesmas dan Sekolah: Bidan Laksamana didorong untuk aktif memberikan penyuluhan di Pusat Kesehatan Remaja (PKR) atau sekolah, menjadi sumber informasi kesehatan reproduksi yang terpercaya.

3. Asuhan dan Rujukan Tepat Guna

Setelah IMS didiagnosis, bidan memastikan penanganan dilakukan dengan tepat:

  • Pemberian Pengobatan Awal: Menguasai protokol pengobatan untuk IMS tertentu yang berada dalam kewenangan bidan, serta memberikan konseling tentang kepatuhan minum obat.
  • Sistem Rujukan Terpadu: Memahami kapan pasien harus segera dirujuk ke dokter spesialis atau layanan kesehatan jiwa, terutama jika IMS dikaitkan dengan trauma atau Kekerasan Berbasis Gender (KBG).

AKBID Laksamana mencetak bidan yang berani mengambil peran dalam isu sensitif ini, memastikan kesehatan reproduksi wanita terjaga dari hulu hingga hilir.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Post